Jumat, 25 Maret 2011

Buah beriman pada Takdir..........





Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manuisa hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang dilarang juga (Al Hadiid QS. 57:23).



Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan 
supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.  
(QS. 51:49)

Banyak kafirun yang menganggap ayat ini ayat yang tidak ilmiah, mereka mengatakan bahwa ada hal di dunia ini yang tidak ada pasangannya. Misalnya cacing yang merupakan hermaprodit, bakteri yang membelah dan lainnya yang sejenis. Sebenarnya maksud berpasangan disini tidak dari segi fisik tetapi dari segi sifat. Misalnya sifat pria & wanita, baik & buruk, gelap & terang, manis & pahit dan sejenisnya.


Photobucket

Demikian juga dengan nasib manusia, sebenarnya manusia diberikan dua buah nasib oleh Allah. Yang mana Allah sudah menetapkannya. Bisa dikatakan nasib A dan nasib B. Untuk mengetahui bagaimana Konsep takdir yang benar perhatikan gambar dibawah ini .


Pada gambar diatas Garis A merupakan Takdir yang sudah digariskan Allah untuk menjadi nasib A. Gambar B merupakan Takdir yang sudah digariskan Allah untuk menjadi nasib B. Warna merah merupakan berbagai ketetapan Allah. Dan terjawab sudah pengertian ke-Maha Tahu-an Allah. Karena kita ini diciptakan berada dalam warna merah yang dibatasi garis A dan B.
Perlu anda ketahui bahwa anda memutuskan untuk di garis A atau B itu berdasarkan pilihan yang anda buat. Tentu saat anda membuat pilihan anda terkadang asal pilih, asal jalan tapi ada juga yang dibarengi dengan do’a dan tawakal. Dalam posisi warna merah, Allah berkuasa menetapkan segala seuatu. Allah bisa menggiring anda ke nasib A atau juga ke nasib B.
Konsep Takdir by. Wedul Sherenian.

…….. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. 13:11)

Di ayat ini (QS 13:11) Allah berfirman : “Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia“, hal ini secara langsung merujuk dengan kebaikan bahwa ” Dan apabila Allah menghendaki KEBAIKAN terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya”.

 hal-hal yg dapat merubah takdir .... itupun atas petunjuk dari Allah SWT:
a. Ikhtiar maksimal......."ALLAH tdk merubah keadaan suatu kaum kecuali ikhtiar mereka"(QS 13;11).
b. Doa........"Tiada yg mrubah qodhoKU kcuali doa hambaKU".
c. Baik sangka.........."Aku bagaimana prasangka hambaKU".
d. Tawakkal............"Siapa yang tawakkal kpd Allah maka Allah akan menyelesaikan urusannya".(QS 65;3)


Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.
Untuk memahami konsep takdir, jadi umat Islam tidak dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi dimaksud ialah dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.

1. Dimensi ketuhanan

Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.
  • Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).
  • Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2)
  • Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70)
  • Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al Maa'idah / QS. 5:17)
  • Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149)
  • Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96)
  • Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat.


    2. Dimensi kemanusiaan

    Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.
    • Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Ar Ra'd / QS. 13:11)
    • (Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Al Mulk / QS. 67:2)
    • Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga mereka akan bersedih (Al-Baqarah / QS. 2:62). Iman kepada Allah dan hari kemudian dalam arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir.
    • ... barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir... (Al Kahfi / QS. 18:29)
    Hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dan lafazh dari riwayat Imam al-Bukhari dari Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya Nabi bersabda.
    ''Setiap orang dari kalian telah ditentukan tempatnya di Surga atau di Neraka. Seseorang bertanya, 'Kenapa kita tidak pasrah saja, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab: 'Jangan, akan tetapi berbuatlah karena masing-masing akan dimudahkan . Kemudian beliau membaca ayat, 'Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa.'' (AI-Lail: 5). Dalam riwayat Muslim dengan lafahz. ''Masing-masing dimudahkan sesuai takdirnya.'' Maka Rasulullah memerintahkan untuk berbuat dan melarang pasrah kepada takdir.




    1. وَقَالَ يَا بَنِيَّ لا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
    Dan Yakub berkata: “Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun daripada (takdir/ketetapan) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri”. (AQ: Yusuf : 67)

    2. وَلَمَّا دَخَلُوا مِنْ حَيْثُ أَمَرَهُمْ أَبُوهُمْ مَا كَانَ يُغْنِي عَنْهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ إِلا حَاجَةً فِي نَفْسِ يَعْقُوبَ قَضَاهَا وَإِنَّهُ لَذُو عِلْمٍ لِمَا عَلَّمْنَاهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
    Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (AQ:Yusuf : 68)

    Suatu contoh,
    Jika seseorang di hadapannya ada pilihan dua jalan. Jalan yang satu menuju negeri yang kacau den tidak aman, banyak terjadi pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, kelaparan dan segala yang menakutkan sedang jalan lainnya menuju negeri yang aman, tertib, tenang penuh kedamaian dan keselamatan bagi kehormatan, harta benda serta jiwa. Jalan manakah yang akan ia tempuh? Ia pasti memilih jalan yang kedua, jalan aman yang mengantarkannya menuju negeri yang aman dan tertib. Tidak mungkin bagi orang yang berakal sehat memilih jalan yang menuju negeri yang kacau dan menakutkan lalu berdalih dengan takdir. Kenapa ia memilih dalam perkara akhirat jalan Neraka bukannya jalan Surga lalu berdalih dengan takdir?

    Contoh lain
    Orang sakit yang disuruh dokter minum obat pahit yang berlawanan dengan keinginan nafsunya dan ia dilarang memakan suatu makanan yang membahayakan kesehatannya sementara nafsunya sangat menginginkan. Semua ini dalam rangka mendapatkan kesembuhan dan kesehatan tubuh. Tidak mungkin ia menolak meminum obat atau memakan makanan yang dilarang oleh dokter tersebut lalu berdalih dengan takdir. Tapi kenapa di saat ia menolak perintah Allah dan Rasul-Nya atau mengerjakan larangan Allah dan Rasul-Nya ia berdalih dengan takdir?




    Buah beriman kepada Takdir.

    Beriman terhadap qadar (takdir) membuahkan basil yang sangat besar:

    1. Bersandar kepada Allah disaat melakukan usaha, tidak bersandar pada hukum sebab akibat semata karena segala sesuatu yang terjadi atas takdir dan kehendak Allah. 
    2. Seseorang menjadi tidak bangga diri di saat mendapatkan keinginannya karena seluruhnya pemberian dan karunia Allah. Sebab bangga diri akan membuat seseorang lalai untuk mensyukuri nikmat Allah.  
    3. Merasa tenang dan tentram jiwanya dalam menghadapi segala yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa gundah dan gelisah di saat ditimpa musibah atau kehilangan sesuatu yang dicintainya. Karena hal itu terjadi atas kehendak dan takdir Allah yang menguasai langit dan bumi, semua yang Dia kehendaki pasti terjadi.   

      Photobucket



      Firman Allah:
      ''Tiada suatu musibahpun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirmu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya, sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan kepadamu dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri'' (Al-Hadid:22-23)

      Nabi bersabda:
      ''Sungguh menakjubkan segala urusan orang mukmin, seluruhnya baik, yang itu tidak terjadi kecuali pada diri orang mukmin. Jika ia mendapatkan kenikmatan lalu bersyukur maka itu baik baginya, jika tertimpa musibah lalu bersabar maka itu juga baik baginya.''(HR. Muslim)

      Diambil dari Syarh Tsalatsatil Ushul, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


      Demikian pemaparan tentang "Takdir" .......mudah-mudahan melalui tema blog saya kali ini, dapat memberikan motivasi kepada sahabat semua,  untuk terus...... dan terus...... dalam mencari ilmu. Karena apa yang saya susun ini pasti ada kekurangannya. Sehingga saya akan menunggu partisipasi dari para pengunjung untuk bersama-sama memberi masukan kepada saya, sehingga akhirnya semakin lengkaplah isi Blog ini.


      Photobucket



      Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas kunjungan dan masukannya.......  have a nice day 
      Wassalaam.....





      Minggu, 20 Maret 2011

      Masihkah berfikir....musibah adalah bencana alam biasa?





      Tema saya kali ini diihlami oleh beberapa tanggapan orang dari beberapa situs di internet, yang masih mempunyai anggapan bahwa bencana alam yang terjadi adalah merupakan bencana alam biasa. Subhanallah....

      Akhir-akhir ini beruntun terjadinya bencana yang menimpa manusia. Baik di tanah air kita maupun di berbagai benua di seluruh dunia, baik berupa bencana alam maupun berbagai peristiwa sedih lainnya.
      “Tidaklah sekali-kali bangsa mengalami kehancuran, nurani manusia menjadi rusak, rumah tangga berantakan, berbagai pendapat saling berseberangan dan pemikiran menjadi kacau balau, kecuali karena berbagai macam dosa dan kedurhakaan telah membudaya di kalangan umat manusia,” 
      Demikian antara lain tulis Dr. ’Aidh bin Abdullah Al Qarni dalam buku ‘Hidupkan Hatimu’.

      Dan apabila kita merasa sebagai orang beriman, akan memahami bahwa, dari setiap peristiwa  yang terjadi di bumi ini tidak terlepas dari campur tangan Allah SWT.

      Kita simak terlebih dahulu kisah nyata musibah kematian  seseorang  berikut ini .... dan inipun bisa terjadi pada siapapun termasuk diri kita.....( agar suasana video ini dapat tersimak secara sempurna, jangan lupa utk mematikan/pause sementara musik blognya. Silakan gulirkan  kursornya ke bagian akhir halaman ini ). Okey...siap?





      Innaalillaahi Wainnailihirooziuun......

      Coba simak lagi yang berikut ini.....




      Allaahuakbar......Subhaanallah.....

      Musibah bisa saja terjadi pada setiap orang, terlepas dari dia soleh atau tidak, muslim atau tidak, tua atau muda, misalnya: musibah gempa bumi, sunami, kematian dan lain-lain yang terjadi, sekaligus menimpa berbagai tipe orang yang tersebut diatas.  Lalu, bagaimanakah seharusnya kita dalam menyikapi musibah ini...?
      Agama mengajarkan agar kita mengambil hikmah dari musibah.  Setiap musibah yang terjadi. adalah merupakan kehendak dari Allah SWT yang perlu kita sikapi sebagai berikut:

      a. Menguji Keimanan
      Bagi muslim yang soleh musibah ditujukan untuk menguji keimanan (QS 29: 2-3). Sebab, seorang yang mengaku beriman kepada Allah belum tentu sungguh-sungguh beriman. Karenanya, Allah perlu menguji mereka yang mengaku beriman dengan sesuatu, misalnya, berupa banjir bandang, gempa bumi, penyakit atau kesulitan ekonomi. Jika mereka tetap sabar dan istiqamah di jalan Allah, berarti mereka itulah orang yang sungguh beriman dan Allah akan menaikkan derajatnya sekaligus menghapus sebagian dosa-dosanya melalui musibah ini. Mereka akan mendapat kabar gembira berupa surga dan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya. (QS 41:30).

      b. Sebagai Peringatan 1
      Bagi setiap muslim musibah bisa pula sebagai peringatan agar mereka mau kembali ke jalan yang benar (QS 30:41). Allah SWT menegaskan, berbagai musibah terjadi di muka bumi adalah karena ulah manusia itu sendiri (QS 30: 41). Dalam hadis riwayat Al-Hakim dijelaskan, apabila umat manusia melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan maka akan datang kepada mereka bencana berupa gempa bumi, kekeringan, dan penyakit-penyakit yang berbahaya. Musibah dahsyat semoga menyadarkan manusia kembali ke jalan-Nya.

      c. Sebagai Peringatan 2
      Musibah juga berarti peringatan dari Allah bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk sangat lemah di hadapan Allah. Kesadaran ini perlu terus ditumbuhkan karena manusia berkecenderungan merasa adigang, adigung, dan adiguna (paling kuat, paling besar, dan paling berguna) sehingga sombong. Kesombongan inilah yang menyebabkan kita sering menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Firman Allah SWT, ''Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.'' (QS 17: 37).

      d. Sebagai Syuhada
      dengan musibah-musibah tersebut Allah SWT barangkali ingin mengambil sebagian hambanya sebagai syuhada. Sekalipun Dia mengutuk manusia dengan bencana, tetapi orang-orang mukmin yang ikut terkena musibah jika bersabar akan mendapat pahala besar. Sebaliknya, bagi yang meninggal dunia mereka adalah syuhada (QS 3: 140).

      e. Sebagai Azab atau Siksaan
      Bagi orang-orang yang ingkar dan tidak beriman, suatu musibah tidak lain adalah azab atau siksaan yang ia peroleh di dunia ini. Sesungguhnya musibah tersebut sebagian yang sangat kecil dari siksa akhirat yang didahulukan Allah SWT di muka bumi ini bagi mereka. Azab itu sendiri terjadi ketika manusia yang ada membiarkan berbagai kemaksiatan dan kemungkaran terjadi di sekitarnya tanpa peduli. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat zholim dan tidak mencegahnya, maka telah dekatlah azab Allah yang akan menimpa mereka seluruhnya" (HR At-Tirmidzi)

      f. Menguji Kesholehan
      Allah ingin menguji keshalehan sosial para hamba-Nya yang tidak terkena musibah, apakah mereka terketuk hatinya untuk membantu saudara-saudara mereka yang sedang menderita atau tidak. ''Perumpamaan orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain adalah seumpama badan, jika salah satu anggota badan sakit maka seluruh jasad ikut merasakan sakit hingga merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).

      g. Menunjukkan Tanda-Tanda Kiamat
      Musibah alam misalnya gempa bumi sesungguhnya cara Allah untuk menunjukkan tanda-tanda kiamat sehingga memperkuat keyakinan bahwa hari kiamat pasti akan terjadi (QS 56:1-7). Ini agar umat manusia sadar akan adanya kehidupan hakiki di hari akhir, lalu mereka mau berjuang membela kebenaran di muka bumi untuk kebahagiaan di hari akhir.


      (Sumber : tulisan Ruswanto Syamsuddin, dan ceramah Ust. Muhsinin Fauzi Lc.)


      Terakhir, mari kita simak musibah yang terjadi berikut ini. Semoga apa yang saya sampaikan ....setidaknya dapat mengetuk hati ini yang kadang masih dihinggapi rasa ragu akan bencana yang menimpa kita merupakan bentuk campur tangan dari Sang Pencipta Alam ini....yakni tiada lain adalah Allah Subhanahuwata'ala.
      Allaahuakbar.......












      Kamis, 10 Maret 2011

      Sulitkah membeningkan hati..........?





      Kian bening hati, kian peka terhadap ladang amal, dan kian mudah berbuat kebaikan..... maka kita akan kian merasakan bahwa rezeki terbesar kita bukanlah sesuatu yang didapatkan, melainkan amal yang dilakukan.

      Hati yang bersih akan peka terhadap ilmu. Apapun yang dilihat, didengar dan dirasa akan menjadi samudera ilmu yang membuatnya kian bijak, arif dan tepat dalam menyikapi hidup ini.





      Sikap bijak dan mulia lahir dari kemampuan mengendalikan diri..... sedangkan kerusakan, kesengsaraan, dan kehinaan adalah akibat dari ketidakterampilan mengendalikan diri dan nafsu.



      Photobucket


      Kesuksesan yang diraih oleh seseorang tanpa ditunjang oleh ibadah, bagaikan gedung atau rumah yang didirikan tanpa pondasi.




      Salah satu ciri kesuksesan seseorang adalah dicintai oleh orang-orang terdekatnya. WASPADALAH!!
      dikenal dan dihargai oleh mereka yang jauh tetapi tidak disukai oleh orang-orang terdekat, adalah pertanda
      Kegagalan.

      Maafkanlah orang yang berbuat buruk kepada kita, niscaya hati kita akan menjadi lapang. Lupakanlah keburukannya, niscaya hidup kita akan terasa nikmat dan lebih bernilai.


      Photobucket


      Marilah kita simak  sejenak tentang kisah Rosul berikut ini:





      Dalam hidupnya,  Rasulullah SAW selalu bersifat rendah hati dan pemaaf. Tiada terhitung banyaknya cacian dan hinaan yang diterima beliau dari kaum kafir. Namun, beliau tetap berbuat baik terhadap orang-orang yang menghinanya itu. Salah seorang yang sangat membenci Nabi Muhammad SAW adalah seorang nenek tua Yahudi. Kebetulan jika Nabi ke masjid selalu melewati rumah si nenek. Suatu hari Nabi lewat, si nenek sedang menyapu rumahnya. Buru-buru si nenek mengumpulkan sampah dan debu dari rumahnya. 




      Ketika Nabi lewat di depan jendela, maka dilemparkannyalah sampah dan debu itu. Nabi terkejut, namun ia tidak marah begitu tahu siapa yang melemparnya. Malah Nabi mengangguk sambil tersenyum. "Assalamu'alaikum!" sapa Nabi. Nenek itu malah melotot kepada Nabi. "Enyah, kau!" kata si nenek.

      Photobucket




      Keesokan harinya, Nabi lewat lagi di depan rumah si nenek. Masya Allah, ternyata si nenek sudah bersiap-siap lagi melempar Nabi dengan kotoran. Kali ini dia juga meludahi Nabi. Bagaimana sikap Nabi Muhammad? Lagi-lagi, Nabi hanya tersenyum dan berusaha membersihkan pakaiannya. Si nenek menjadi tambah marah karena Nabi SAW, tidak terpengaruh.


      Begitulah, beberapa hari Nabi lewat di depan rumah si nenek tersebut. Setiap kali itu pula ia menerima lemparan sampah dan debu. Nabi tetap saja tidak marah.    Suatu kali Nabi SAW, lewat lagi di depan rumah sang nenek. Tapi, kali ini lain. Si  nenek tidak kelihatan. Padahal, Nabi sudah bersiap-siap menyapanya. "Aneh," pikir sang Nabi, "pasti ada sesuatu terjadi pada si nenek." Nabi lalu mendatangi tetangga si nenek. "Apakah engkau tahu apa yang terjadi dengan nenek di sebelah rumah ini? Aku tidak melihatnya hari ini," tanya Nabi.

      "Mengapa engkau begitu peduli pada dia, wahai Rasulullah? Bukankah ia selama ini menghinamu?"

      Nabi hanya tersenyum mendengar pertanyaan tetangga si nenek. Tetangga itu lalu menjelaskan bahwa si nenek itu tinggal sebatang kara, dan kini sedang sakit keras.







      Photobucket


      Maka, bergegaslah Nabi Muhammad menuju rumah si nenek yang sedang sakit. Di rumah itu, Nabi membantu memasak makanan, mengambilkan air dari sumur, dan membersihkan debu-debu di rumah. Si nenek heran melihat ada orang yang membantunya. Ia berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Lalu, tahulah ia siapa sebenarnya yang membantunya. 

      Begitu melihat wajah Nabi yang sangat tulus, nenek itupun menitikkan air mata. Selama ini tidak ada yang mau merawatnya. Tapi, justru orang yang selama ini dihinanya, dengan penuh kasih sayang merawatnya. Sungguh mulia hati orang ini. Si nenek lalu meminta maaf kepada Nabi.




      Photobucket


      Begitulah salah satu kisah tentang kemuliaan dan kebeningan hati Nabi Muhammad SAW. Karena itu, para sahabat dan orang-orang yang pernah mengenal beliau begitu menyayangi beliau. Ketika beliau wafat, orang segagah Umar bin Khattab juga menangis tersedu-sedu. Dan akhirnya...si nenek masuk Islam. Ia kemudian menjadi salah seorang muslimah yang taat. 


      Banyak orang masuk Islam karena melihat akhlak Nabi Muhammad SAW, yang sangat luar biasa. Kita bisa meniru apa yang beliau lakukan kepada orang lain, termasuk musuhnya.


      Photobucket


      Konflik biasanya terjadi karena "SAYA BENAR" dan "KAMU SALAH" .....berilah kesempatan bagi hati untuk mengatakan  "KITA BENAR" dan "DIA PUN BOLEH JADI BENAR" dengan begitu insyaAllah akan
      mudah mencari SOLUSI

      Melawan KEMARAHAN dengan KEMARAHAN, ibarat membenturkan BATU dengan BATU. ....hasil yang diperoleh biasanya adalah PERPECAHAN. Oleh sebab itu, saat mengahadapi kemarahan oranglain
      maka bersikaplah TENANG dan JERNIH. dengar dan simak apa yang diutarakannya, lalu ambil hikmah
      dan do'akanlah kebaikan untuknya.
      Hidup akan jauh lebih indah, aman dan menyenangkan bila kita saling MENYAYANGI


      Photobucket


      Bila kita bersandar, maka kita akan takut kehilangan pada sandaran kita....oleh karena itu, cukuplah
      ALLAH SWT yang menjadi sandaran, karena DIA tidak akan mengecewakan dan meninggalkan siapa pun
      yang bersandar kepada-Nya!!

      Subhanallah........



      PhotobucketPhotobucket








      Selasa, 01 Maret 2011

      Keikhlasan munajat ku........






      Wahai Allah Yang Maha Agung,
      Ampunilah seluruh dosa kami
      Tutupi dan hapuskan segala aib dan kesalahan kami
      Dan berikan kepada kami kesanggupan untuk mengubah dan memperbaiki diri menjadi lebih baik
      Kurniakanlah kepada kami akhlak yang mulia
      …Peribadi yang indah dan terpelihara
      Ya Allah,
      Kurniakanlah kepada kami ketenangan hati,
      kedamaian hati,
      kebeningan dan kebersihan hati,
      ketenteraman jiwa
      kesegaran berfikir dan ingatan yang tajam
      Usir dan buanglah segala kegelisihan, kekhawatiran, ketakutan, kecemasan dan kesedihan dalam hati dan jiwa kami.
      Jadikan hati kami tenteram, tenang, dan damai dengan mengingat-Mu
      Berharap dan bergantung hanya kepada-Mu
      Wahai Pemilik dan Penguasa Segala Hati,
      Kurniakanlah kepada kami hati yang bening dan bersih
      Hati yang suci, tulus dan ikhlas.


       


       ”Selama ini kita selalu kecewa dan patah hati apabila kehilangan atau jauh dari perkara-perkara fana yg dicintai. Sering meminta-minta kepada Allah segala perkara dunia, rezeki, harta, anak-pinak, kesehatan, pangkat dan jabatan. Tapi… pernahkah kita menangis dan merayu untuk mendapat cinta-Nya ...? Pernahkah kita berasa sedih apabila jauh dari-Nya...?, hilang perhatian dan kasih sayang-Nya...? Janganlah memandang remeh kepada kecilnya kelalaianmu, takutilah kepada besarnya Keagungan yang telah kau ingkari. Jadikanlah Allah tujuan tertinggi hidupmu, niscaya segala langkah kehidupanmu akan selalu berada dalam bimbingan-Nya, segala perbuatanmu menjadi tasbih dan pengabdianmu kpd Allah…”


       
      “Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.” (An-Nahl: 49)

      ”My heart is so small
      it’s almost invisible.
      How can You place
      such big sorrows in it?
      “Look,” He answered,
      …”Your eyes are even smaller,
      yet they behold the world.”

      "Hati saya begitu kecil
      itu hampir tak terlihat.
      Bagaimana Anda menempatkan
      begitu besar penderitaan di dalamnya?
      "Dengar," jawab Dia,
      ... "Matamu bahkan lebih kecil,
      namun mereka melihat dunia. "
      Jalaluddin al-Rumi [from 'Whispers of the Beloved']