Kian bening hati, kian peka terhadap ladang amal, dan kian mudah berbuat kebaikan..... maka kita akan kian merasakan bahwa rezeki terbesar kita bukanlah sesuatu yang didapatkan, melainkan amal yang dilakukan.
Hati yang bersih akan peka terhadap ilmu. Apapun yang dilihat, didengar dan dirasa akan menjadi samudera ilmu yang membuatnya kian bijak, arif dan tepat dalam menyikapi hidup ini.
Sikap bijak dan mulia lahir dari kemampuan mengendalikan diri..... sedangkan kerusakan, kesengsaraan, dan kehinaan adalah akibat dari ketidakterampilan mengendalikan diri dan nafsu.
Kesuksesan yang diraih oleh seseorang tanpa ditunjang oleh ibadah, bagaikan gedung atau rumah yang didirikan tanpa pondasi.
Salah satu ciri kesuksesan seseorang adalah dicintai oleh orang-orang terdekatnya. WASPADALAH!!
dikenal dan dihargai oleh mereka yang jauh tetapi tidak disukai oleh orang-orang terdekat, adalah pertanda
Kegagalan.
Maafkanlah orang yang berbuat buruk kepada kita, niscaya hati kita akan menjadi lapang. Lupakanlah keburukannya, niscaya hidup kita akan terasa nikmat dan lebih bernilai.
Marilah kita simak sejenak tentang kisah Rosul berikut ini:
Dalam hidupnya, Rasulullah SAW selalu bersifat rendah hati dan pemaaf. Tiada terhitung banyaknya cacian dan hinaan yang diterima beliau dari kaum kafir. Namun, beliau tetap berbuat baik terhadap orang-orang yang menghinanya itu. Salah seorang yang sangat membenci Nabi Muhammad SAW adalah seorang nenek tua Yahudi. Kebetulan jika Nabi ke masjid selalu melewati rumah si nenek. Suatu hari Nabi lewat, si nenek sedang menyapu rumahnya. Buru-buru si nenek mengumpulkan sampah dan debu dari rumahnya.
Ketika Nabi lewat di depan jendela, maka dilemparkannyalah sampah dan debu itu. Nabi terkejut, namun ia tidak marah begitu tahu siapa yang melemparnya. Malah Nabi mengangguk sambil tersenyum. "Assalamu'alaikum!" sapa Nabi. Nenek itu malah melotot kepada Nabi. "Enyah, kau!" kata si nenek.
Keesokan harinya, Nabi lewat lagi di depan rumah si nenek. Masya Allah, ternyata si nenek sudah bersiap-siap lagi melempar Nabi dengan kotoran. Kali ini dia juga meludahi Nabi. Bagaimana sikap Nabi Muhammad? Lagi-lagi, Nabi hanya tersenyum dan berusaha membersihkan pakaiannya. Si nenek menjadi tambah marah karena Nabi SAW, tidak terpengaruh.
Begitulah, beberapa hari Nabi lewat di depan rumah si nenek tersebut. Setiap kali itu pula ia menerima lemparan sampah dan debu. Nabi tetap saja tidak marah. Suatu kali Nabi SAW, lewat lagi di depan rumah sang nenek. Tapi, kali ini lain. Si nenek tidak kelihatan. Padahal, Nabi sudah bersiap-siap menyapanya. "Aneh," pikir sang Nabi, "pasti ada sesuatu terjadi pada si nenek." Nabi lalu mendatangi tetangga si nenek. "Apakah engkau tahu apa yang terjadi dengan nenek di sebelah rumah ini? Aku tidak melihatnya hari ini," tanya Nabi.
"Mengapa engkau begitu peduli pada dia, wahai Rasulullah? Bukankah ia selama ini menghinamu?"
Begitulah, beberapa hari Nabi lewat di depan rumah si nenek tersebut. Setiap kali itu pula ia menerima lemparan sampah dan debu. Nabi tetap saja tidak marah. Suatu kali Nabi SAW, lewat lagi di depan rumah sang nenek. Tapi, kali ini lain. Si nenek tidak kelihatan. Padahal, Nabi sudah bersiap-siap menyapanya. "Aneh," pikir sang Nabi, "pasti ada sesuatu terjadi pada si nenek." Nabi lalu mendatangi tetangga si nenek. "Apakah engkau tahu apa yang terjadi dengan nenek di sebelah rumah ini? Aku tidak melihatnya hari ini," tanya Nabi.
"Mengapa engkau begitu peduli pada dia, wahai Rasulullah? Bukankah ia selama ini menghinamu?"
Nabi hanya tersenyum mendengar pertanyaan tetangga si nenek. Tetangga itu lalu menjelaskan bahwa si nenek itu tinggal sebatang kara, dan kini sedang sakit keras.
Maka, bergegaslah Nabi Muhammad menuju rumah si nenek yang sedang sakit. Di rumah itu, Nabi membantu memasak makanan, mengambilkan air dari sumur, dan membersihkan debu-debu di rumah. Si nenek heran melihat ada orang yang membantunya. Ia berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Lalu, tahulah ia siapa sebenarnya yang membantunya.
Begitu melihat wajah Nabi yang sangat tulus, nenek itupun menitikkan air mata. Selama ini tidak ada yang mau merawatnya. Tapi, justru orang yang selama ini dihinanya, dengan penuh kasih sayang merawatnya. Sungguh mulia hati orang ini. Si nenek lalu meminta maaf kepada Nabi.
Begitulah salah satu kisah tentang kemuliaan dan kebeningan hati Nabi Muhammad SAW. Karena itu, para sahabat dan orang-orang yang pernah mengenal beliau begitu menyayangi beliau. Ketika beliau wafat, orang segagah Umar bin Khattab juga menangis tersedu-sedu. Dan akhirnya...si nenek masuk Islam. Ia kemudian menjadi salah seorang muslimah yang taat.
Banyak orang masuk Islam karena melihat akhlak Nabi Muhammad SAW, yang sangat luar biasa. Kita bisa meniru apa yang beliau lakukan kepada orang lain, termasuk musuhnya.
Konflik biasanya terjadi karena "SAYA BENAR" dan "KAMU SALAH" .....berilah kesempatan bagi hati untuk mengatakan "KITA BENAR" dan "DIA PUN BOLEH JADI BENAR" dengan begitu insyaAllah akan
mudah mencari SOLUSI
Melawan KEMARAHAN dengan KEMARAHAN, ibarat membenturkan BATU dengan BATU. ....hasil yang diperoleh biasanya adalah PERPECAHAN. Oleh sebab itu, saat mengahadapi kemarahan oranglain
maka bersikaplah TENANG dan JERNIH. dengar dan simak apa yang diutarakannya, lalu ambil hikmah
dan do'akanlah kebaikan untuknya.
Hidup akan jauh lebih indah, aman dan menyenangkan bila kita saling MENYAYANGI
Bila kita bersandar, maka kita akan takut kehilangan pada sandaran kita....oleh karena itu, cukuplah
ALLAH SWT yang menjadi sandaran, karena DIA tidak akan mengecewakan dan meninggalkan siapa pun
yang bersandar kepada-Nya!!
Subhanallah........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar